Friday, June 21, 2013

Kesehatan Dari Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang berdampak menjadi bau sangit (bau benda terbakar) serta asap yang kini warnai udara beberapa kota di Indonesia. Kebakaran lahan gambut yang kadang terjadi di beberapa daerah seperti Kalimantan dan Sumatera mengakibatkan polusi udara dan mengurangi jarak pandang karena tertutup asap. Keluhan asap dari sejumlah penduduk telah direspon pemerintah untuk melakukan pemadaman. Dampak asap pun sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Meskipun belum maksimal, berbagai upaya seperti penyiraman oleh pemadam kebakaran sampai membentuk hujan buatan terus dilakukan.
 
Indonesia mempunyai hutan ke-3 terluas dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau 63 persen luas daratan. Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga berdampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sector kehidupan seperti gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari, hambatan transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi dan gangguan kesehatan, asap kebakaran hutan yang berdampak terhadap gangguan paru dan system pernapasan.
 
Asap yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut terdiri dari polutan berupa partikel dan gas. Partikel itu adalah silika, oksida besi, dan alumina, gas yang dihasilkannya adalah CO,CO2,SO2,NO2, aldehid, hidrocarbon, dan fluorida. Polutan ini, berpotensi sebagai iritan dapat menimbulkan fibrosis (kekakuan jaringan paru), pneumokoniosis, sesak napas, elergi sampai menyebabkan penyakit kanker. Berdasarkan pedoman Depkes tentang pengendalian pencemaran udara akibat kebakaran hutan terhadap kesehatan ditetapkan katagori bahaya kebakaran hutan dan tindakan pengamanan berdasarkan ISPU.
 
Penilaian katagori ISPU. ISPU <50 dikatagorikan baik tak ada dampak kesehatan, ISPU 51-100 dinilai sedang, juga tak ada dampak kesehatan, ISPU 101-199 sudah dikatagorikan tidak sehat. Dalam katagori ini dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, bagi penderita penyakit jantung gejalanya akan kian berat, pencegahannya gunakan masker aktivitas diluar rumah. ISPU 200-299 sangat tidak sehat pada penderita ISPA, Pneumonia dan penyakit jantung akan kian berat, aktivitas rumah hendaknya dibatasi perlu persiapan ruang khusus. ISPU 300-399 dikatagorikan berbahaya bagi penderita suatu penyakit gejalanya akan semakin serius, orang yang sehat saja akan merasa mudah lelah.Pada katagori ini penderita penyakit ditempatkan pada ruang bebas pencemaran udara, aktivitas kantor dan sekolah harus menggunakan AC atau air purifier. Sementara katagori terakhir sangat berbahaya ISPU 400>, saat ini berbahaya bagi semua orang, terutama balita, ibu hamil, orang tua, dan penderita gangguan pernapasan. Saat seperti ini semua harus tinggal dirumah dan tutup pintu serta jendela, segera lakukan evakuasi selektif bagi orang beresiko seperti balita, ibu amil, orang tua, dan penderita gangguan pernapasan ke tempat bebas pencemaran.
 
Dampak asap begitu luas, jangka pendek asap yang berupa bahan iritan (partikel) akibat pembakaran lahan berdampak negatif terhadap kesehatan. Pengaruhnya dalam jangka pendek itu adalah niengiritasi saluran pernafasan dan dapat diikuti dengan infeksi saluran pernafasan sehingga timbul gejala berupa rasa tidak enak di saluran pernafasan. Gejalanya seperti batuk, sesak nafas (pneumonia) yang dapat berakhir dengan kematian, tambahnya. Selain itu asap juga mengiritasi mata dan kulit, mengganggu pernafasan penderita penyakit paru kronik seperti asma dan bronchitis alergika. Sedang gas CO pada asap dapat juga menimbulkan sesak nafas, sakit kepala, lesu, dan tidak bergairah serta ada perasaan mual. Dampak jangka panjang bahan-bahan mengiritasi saluran pernafasan dapat menimbulkan bronchitis kronis, emfisema, asma, kanker paru, serta pneumokoniosis.
 
Melihat dampak yang berbahaya demikian, maka wajar bila masyarakat harus menghindari pembakaran lahan khususnya dimusim kemarau. Cara pencegahan yang banyak digunakan adalah pemakaian masker karena relatif murah dan dapat disebarluaskan tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan. National Institute of Occuposional Safety and Health (NIOSH) telah melakukan pengujian di Amerika Serikat dan menetapkan beberapa jenis masker yang mampu menyaring lebih dari 99% partikel silika berukuran 0,5 μm. Beberapa badan kesehatan lain merekomendasikan masker yang baik yaitu mampu menyaring lebih dari 95% partikel > 0,3 μm dan biasanya diberi kode R95, N95, atau P95. Masker ini harus dipasang dengan cukup rapat sehingga udara tidak dapat masuk di selasela pinggiran masker dan kulit wajah; hal yang tidak mudah dilakukan. Alat Bantu napas bisa digunakan setelah penatalaksanaan lain yang lebih efektif, antara lain dengan mengurangi pajalanan luar rumah, termasuk tinggal di dalam rumah, dan mengurangi aktivitas, terutama pada seseorang yang sangat sensitif dengan asap.
 

Artikel Terkait



0 komentar: