Sunday, July 17, 2011

Perang Vendor Telekomunikasi

“Potensi Indonesia sebagai pasar telekomunikasi nirkabel sangat besar, dimana perbandingan antara penyedia jasa dengan jumlah penduduk masih sangat kurang. Namun masalah regulasi menyebabkan terhambatnya pengembangan”

Secara umum persaingan para penyedia jasa (operator), tetap harus mengedepankan sudut yang berbeda. Promo yang di tawarkan pun menggoda para pelanggan untuk beralih ke operator yang menawarkan harga lebih murah dengan yang dipakainya saat ini. Contohnya, operator A akan menawarkan tentang tarif SMS dan telfn murah, sementara pesaingnya, operator B mengkampanyekan tentang layanan data dengan kuota yang besar namun harga tetap murah. Para operator pun akan berupaya untuk merebut pasar pelanggan dengan menghadirkan beragam penawaran telepon, SMS, dan internet gratis.


Pengamat seluler dari Surabaya, Herry S W mengatakan Indonesia memiliki populasi terbesar di kawasan ASEAN dan membuat beberapa vendor telekomunikasi terus melakukan penetrasi pasarnya. Tapi ada kendala yang menyebabkan perkembangannya terganggu. Di sisi lain, regulasi di negara ini banyak yang mudah berubah-ubah, misalnya ada operator CDMA baru yang hendak memakai frekuensi operator yang sudah beroperasi.

Padahal, ia menceritakan, raksasa teknologi informasi asal Amerika Serikat (AS) Qualcomm sudah berencana mengembangkan pasarnya di Nusantara. Namun, masih terkendala regulasi. "Ketertarikannya terhadap Indonesia, karena teknologi telekomunikasi nirkabel generasi ketiga (3G) mengalami perkembangan cukup pesat seiring dengan tren penetrasi teknologi di tingkat global" ucapnya.
Berikut beberapa vendor penyedia perangkat telekomunikasi di indonesia.

Yang tersisa saat ini hanya pasar pada daerah - daerah terisolir yang masih belum terjamah jaringan telekomunikasi seluler baik GSM/CDMA. Tentunya butuh biaya dan investasi awal yang tidak murah untuk bisa membuka layanan telekomunikasi seluler di daerah tersebut karena selain akses yang sulit, timbale balik yang mungkin diperoleh pun tidak sebesar pasar di daerah perkotaan.

Dampak secara langsung atau tidak langsung tetap ada mengenai dampak signifikan terhadap angka penjualan perangkat oleh tiap vendor. Dengan mulai jenuhnya pasar, maka operator memutar otak bagaimana caranya untuk memperoleh pertumbuhan pelanggan dan revenue yang tetap tinggi, tetapi tentunya dengan biaya dan investasi yang semakin rendah. Solusi yang harus ditempuh tentunya dengan menekan biaya produksi, tetapi juga harus memberikan tarif murah kepada pelanggan sehingga bisa bersaing dengan para kompetitor.

Dengan strategi tersebut, mau tidak mau perangkat yang digunakan harus ditekan biaya pembeliaannya. Vendor dengan harga yang tinggi harus dapat menerima disingkirkan oleh vendor yang berani menawarkan biaya dan service yang lebih murah. Ujung-ujungnya, pergantian perangkat pun terjadi di mana-mana. Perangkat vendor A harus rela diganti oleh perangkat vendor B yang harganya terlihat tidak masuk akal, dengan teknologi yang lebih maju, harga perangkat vendor B yang lebih murah “buy one get one”.

Beberapa operator yang menempuh cara tersebut untuk tetap eksis bersaing. Operator yang masih ngotot menggunakan tarif tinggi dan perangkat mahal akan kalah dalam persaingan, karena pelanggan sudah terbuai dengan perang tarif yang terus dipertontonkan para operator.

Dari sisi pekerja vendor terjadi migrasi besar-besaran dari vendor Eropa ke vendor China. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa vendor Eropa mulai tergusur kepopulerannya di Indonesia. Vendor-vendor besar dari daratan Eropa harus menerima posisinya digeser oleh vendor China yang harga perangkat dan servicenya jauh di bawah harga yang mereka tawarkan kepada operator. Bukan hanya pangsa pasarnya yang dibajak, bahkan SDMnya pun satu per satu dibajak.

Kita berharap, semua persaingan tetap sehat dan tidak menggunakan strategi yang membunuh para vendor atau operator dinegeri ini, tetap mengedepankan kebutuhan dan layanan yang baik pagi para pelanggan nya.

Artikel Terkait



1 komentar:

eman said...

nasib bos.. cuma mau berkata apa..