Thursday, July 28, 2011

VSWR Dengan Anritsu Site Master

Dalam implementasi jaringan telekomunikasi bagi para RF enginner mungkin sudah dak asing dengan kata SWR singkatan dari (Standing Wave Ratio), adapun yang menyebut dengan VSWR (Voltage Standing Wave Ratio).

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms maksimum dan minimum yang terjadi pada saluran yang tidak (match) bila saluran transmisi dengan beban tidak sesuai (missmatch), di mana impedansi saluran tidak sama dengan Impedansi beban dan gelombang dibangkitkan dari sumber secara kontinyu, maka dalam saluran transmisi selain ada tegangan datang (V+), Juga terjadi tegangan pantul (V-).

Akibatnya dalam saluran akan terjadi interferensi antara (V+) dan (V-) yang membentuk gelombang berdiri (standing wave). Suatu parameter baru yang menyatakan kualitas saluran terhadap gelombang berdiri disebut dengan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR).

Hubungan antara SWR dengan Return Loss prinsipnya sama saja, nilai SWR sendiri dinyatakan dalam rasio atau perbandingan dan nilai Return Loss dinyatakan dB. Antena yg bagus menyerap energi 90% dan 10% yg dipantulkan kembali ke sumber.

Nilai SWR ini sangat dipengaruhi oleh dua hal.
  1. Perbedaan Impedanasi saluran transmisi dengan beban. 
  2. Diskontinuitas saluran transmisi, yg disebabkan oleh pemasangan konektor yg kurang bagus, bending feeder terlalu berlebihan atau kerusakan pada feeder itu sendiri.
Adapun alat ukur yang digunakan.
  1. Site Master ANRITSU.
  2. Precision OPEN / SHORT.
  3. Precision TERMINATION / LOAD.
  4. Test Port Extension Cable.
Ada beberapa item prosedur pengukuran. 
  1. Setting Frekuensi dan Kalibrasi.   
  2. Pengukuran VSWR.   
  3. Pengukuran Return Loss (RL).   
  4. Pengukuran Distance to Fault (DTF).   
  5. Pengukuran Cable/Waveguide Loss (CL). 
Sekilas teknik pengukuaran. 

Kadang-kadang SWR meter tidak menunjukkan harga standing wave ratio yang sebenarnya, terutama bila SWR jauh dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi. SWR meter diletakkan dekat pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt. Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami redaman. 
    Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :


    Namun bila SWR diletakkan di dekat antenna, SWR yang terbaca adalah :

    Ternyata kedua pengukuran berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter diletakkan dekat TX SWR yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur. Kesalahan akan bertambah besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara pertama boleh dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena penambahannya sedikit. Tetapi bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan SWR meter ke dekat antena agar penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila koaxialnya panjang sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antenna anda.

    Umumnya, hanya dua hal yang dihitung dari penggunaan VSWR, yaitu DTF (Distance to Fault) dan SWR (Signal Wave Ratio).
    1. GSM 2G 900 : 890 – 960
    2. GSM 2G 1800 : 1710 – 1880
    3. UMTS 3G : 1980 – 2170
    Hasil yang baik dengan nilai normal yang di syaratkan adalah 1,04 untuk DTF dan 1.4 untuk VSWR. Untuk mendapatkan nilai tersebut yang perlu diperhatikan adalah : 
    1. Kalibrasi alat ukur harus selalu dilakukan sebelum memulai pengukuran.  
    2. Mengetahui spesifikasi material seperti Loss Connector, Feeder, jumper eeder, splitter, antenna dan lain-lain.
    3. Sebelum pengukuran, pastikan dahulu bahwa instalasi sudah terpasang bagus. 
    4. Menggunakan kabel extension lebih leluasa bergerak pada waktu pengukuran.

    Artikel Terkait



    0 komentar: