Saturday, July 23, 2011

Alih Profesi Pilihan Atau Keadaan

Tidak ada seorang pun yang mau untuk menjadi jahat dan mengalami kesengsaraan. Ketika kita muda rasanya mudah sekali mengangankan berbagai cita-cita hebat dan impian. (muda berusaha, tua kaya raya dan mati masuk surga).

Mengapa bisa demikian? Coba kita sadari, kala kita memikirkan sesuatu, kita ingin mendapatkannya, tetapi hasilnya tidaklah sebagaimana yang kita inginkan, bukankah kita merasa sedih dan menderita. Andai saja kita tidak memikirkannya, mungkin akar permasalahan itu tidak akan pernah tumbuh menjadi besar yang sekiranya akan menyulitkan diri kita sendiri. Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Maukah kita berbuat dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kita impikan dan cita-citakan. Berani mencoba dan tidak putus asa dengan hasil akhir yang didapat. Karena berproses menjadi lebih baik dari pada diam sama sekali.
Saya yakin banyak diantara kita atau mungkin kawan - kawan kita yang saat ini menekuni karir pada profesi yang sebetulnya tidak sesuai dengan minat dan pendidikannya. Apapun profesi yang kita jalani sekarang bukan merupakan pilihan akan tetapi karena keadaan. Segala yang kita hadapi saat ini ada dinamika kelak akan menjadi cerita dan pengalaman yang sangat ber

Beberapa faktor sebagai indikasi untuk mempertimbangkan untuk alih profesi :

Sulitnya medapatkan pekerjaan. Banyak orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, atau seseorang yang sedang berusaha berkompetisi mendapatkan pekerjaan yang layak. Penyebabnya karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pada akhirnya memaksakan pekerjaan yang didapat tanpa menghiraukan pendidikan atau profesi pekerjaan sebelumnya.

Rutinitas membosankan pagi hari. Ini indikasi paling jelas, bila setiap pagi di hari kerja anda merasa sangat malas bangun dari tempat tidur dan bersiap untuk berangkat kerja, bisa jadi kemalasan itu disebabkan anda menekuni profesi yang tidak sesuai dengan minat.

Menjadi lebih sering jatuh sakit. Ada korelasi positif antara kenikmatan dalam bekerja, yang berarti menekuni profesi sesuai dengan minat, dengan tingkat kesehatan. Semakin menikmati pekerjaan, daya tahan tubuh juga akan lebih baik. Demikian pula sebaliknya, orang yang kurang menikmati pekerjaan biasanya lebih mudah stress yang secara tidak langsung mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Korelasi pendampatan dengan pekerjaan. Penawaran yang menarik pada saat masuk bekerja, ternyata dalam faktanya banyak pekerjaan lain yang dilimpahkan tidak sesuai dengan kesepakatan. Jumlah dan waktu pekerjaan menjadi lebih banyak tanpa ada tambahan imbalan.

Performa kerja menurun. Ini juga bisa dijadikan sebagai indikator awal, bila performa kerja terus menurun, bisa jadi sebetulnya menekuni profesi yang tidak sesuai dengan minat dan bakat. Dalam kondisi demikian, sangat sulit untuk mendapatkan kinerja optimal, apapun yang anda upayakan, karena ini menyangkut hal yang sebetulnya bukan merupakan kemauan kita.

Hubungan rekan kerja dan atasan memburuk. Dengan kondisi mental yag amburadul, tentunya sulit untuk memenuhi apa yang diminta. Rekan kerja atau atasan pun menilai tidak becus bekerja, sementara anda merasa sulit untuk memenuhi apa yang dimintanya karena tahu bahwa tidak akan pernah bisa bekerja untuk sesuatu tekanan mental amburadul. Dalam kondisi paling ekstrem, pertengkaran atau konflik dengan rekan kerja dan atasan bisa saja terjadi.

Diri kita adalah kita dengan segala keunikan dan potensi yang kita miliki. Menjadi diri sendiri adalah tetap dalam keunikan kita, tanpa harus mengikuti siapa pun, mengoptimalkan potensi diri kita seutuhnya. Kita tidak pernah tahu sampai dimana potensi diri kita. Namun sejauh mana potensi yang kita miliki bukan untuk merugikan orang lain.

Kenalilah orang – orang yang berada disekitar kita yang telah banyak menjadikan potensi kita menjadi lebih baik. Karena merekalah yang memperhatikan kita, yang mempertimbangkan dan menelaah aktivitas kita hingga tau apa yang harus diperbuat untuk diri kita.

“Menarilah kawan, kecerdasan bukan urusan menang atau kalah”

Artikel Terkait



0 komentar: